Kita sangat berduka atas peristiwa mengejutkan
terkait suksesnya pabrik mercun membuat puluhan pekerjanya menjadi luka-luka,
bahkan merengut korban jiwa dari saudara-saudara kita sampai mencapai 49 orang.
Anehnya masih banyak yang beranggapan bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan
nasib atau takdir belaka yang seolah-olah tidak bisa dihindarkan, sehingga
membenarkan langkah langkah yang diambil pemerintah hanya sebatas ganti rugi
korban dan menghukum yang bersalah saja.
Menteri urusan terkait pun bahkan hanya fokus pada
tindakan kuratif saja seperti pernyataanya yang disampaikan di beberapa media
bahwa kasus ini harus diusut tuntas sesuai hukum yang berlaku dan korban
ditangani dengan baik, terkesan kasus ini hanya masalah pelanggaran hukum saja
yang dilakukan oleh pihak perusahaan semata dan kasus ini tidak terlihat
menjadi problem yang kompleks.
Keselamatan merupakan salah satu hak asasi manusia
yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan dihargai oleh masyarakat lainya.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ada 101.367 kasus di
17.069 perusahaan dari 359.724 perusahaan yang terdaftar dengan korban
meninggal dunia sebanyak 2.382 orang sampai dengan bulan November tahun 2016.
Penyebabnya pun beragam antara lain karena masih rendahnya kesadaran pengusaha
dan karyawan akan pentingnya penerapan K3. Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan hak dasar bagi pekerja dan dilindungi oleh undang-undang, dititik
inilah dirasa perlu kehadiran peran pemerintah yang lebih luas dan multi
sektoral untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja.
H.W. Heinrich dengan teori dominonya menggolongkan
penyebab kecelakaan menjadi dua yaitu unsafe action (prilaku tidak aman) dan
usafe condition (kondisi tidak aman). Studi empiris menyajikan data bahwa yang
paling dominan biasanya terjadi karena unsafe action. Unsafe action dan unsafe
condition tidak muncul secara tiba-tiba, akan selalu bersamaan dengan berbagai
macam faktor penyebab yang mengikutinya. Secara umum bisa disebabkan oleh
sistem kapitalis yang juga menjadi salah satu sumber dari berbagai permasalahan
yang ada di dunia saat ini.
Sistem kapitalis telah melahirkan kaum borjuis
(pemilik modal) dan kaum proletarian (kaum pekerja) dalam status sosial. Kesenjangan
status sosial ini kian meningkat di berbagai negara salah satunya di indonesia.
Persaingan dan pertarungan status sosial ini melahirkan keserakahan yang
membabi buta. Kaum pekerja hanya dianggap sekedar alat produksi sebagaimana
dengan mesin-mesin dan alat kerja lainya yang dipaksa berproduksi dan dengan
mudah diganti dengan yang baru dengan tujuan peningkatan profitabilitas semata.
Kondisi seperti ini terkadang menyebabkan kehilangan
rasa kemanusiaan pada esensi manusia paling mendasar. Kepedulian terhadap
keselamatan dan kesehatan kaum pekerja pun kian tergerus. Tanpa kita disadari
kaum pemilik modal telah menciptakan unsafe condition dan melakukan unsafe
action ditataran konsep yang luas hanya semata-mata untuk mengejar status
borjuis melalui peningkatan profitalisasi.
Masalah seperti ini mungkin akan senantiasa mewarnai
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial di lingkungan sistem kapitalis,
realitas kehidupan seperti ini selalu melahirkan persoalan keadilan dan
ketidakadilan yang diciptakan oleh sistem itu sendiri.
Disisi lain ketidakadilan pun berdampak domino
terhadap kaum pekerja dan telah mereduksi pola prilaku mereka sehingga
melahirkan pola unsafe action. Aspek keselamatan pun terkesan diabaikan oleh
kaum pekerja. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karna pada dasarnya keselamatan
adalah kebutuhan dan hak dari setiap manusia dan menjadi naluri dari setiap
mahluk hidup. Namun demikian beberapa pandangan ahli menyebutkan bahwa
kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Pemenuhan kebutuhan primer akan selalu menjadi
prioritas utama manusia yang selanjutnya kebutuhan akan safe menjadi hal yang
kesekian saja, sejatinya manusia akan selalu mendahulukan pemenuhan kebutuhan
primernya karna merupakan kebutuhan paling mendasar dan harus di penuhi
terlebih dahulu dibanding kebutuhan lainya sebagai contoh kebutuhan makan,
tempat tinggal misalnya akan menjadi lebih prioritas dibandingan kebutuhan akan
safe.
Maka tak heran kita bisa melihat dalam lingkungan
kerja banyak kaum pekerja yang terbiasa dan sanggup melakukan pekerjaan yang
sangat berbahaya yang terkesan abai terhadap aspek keselamatan dan kesehatan
karna merupakan tuntutan kebutuhan paling mendasar. Berbeda dengan masyarakat
menengah ke atas yang telah tercukupi kebutuhan primernya. Mereka cenderung
menuntut kebutuhan safe dalam menjalani kehidupan karna kebutuhan primer nya
telah terpenuhi.
Eksploitasi besar besaran kaum pemilik modal
terhadap kaum pekerja juga telah turut menyumbangkan kenaikan angka status
masyarakat miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa secara tidak langsung kondisi
miskin akan merubah pola prilaku sosial untuk lebih mengutamakan pemenuhan
kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan akan safe dalam setiap lini sektor kaum
pekerja. Sehinga pola unsafe action dari pekerja pun kian semakin meningkat
Maka kemudian penyelesaian masalah kecelakaan kerja
menjadi rumit dan kompleks dan multi sektoral, jika dikatikan dengan tujuan
negara yang selalu mengejar angka pembangunan dan pertumbuhan ekonomi semata
dengan menganut sistem kapitalis maka keberharhasilan tersebut akan selalu
dibayar dengan keringat, penderitaan bahkan nyawa dari kaum pekerja.
Negara hadir bukan hanya semata mengejar pertumbuhan
ekonomi semata, tetapi menjamin keselamatan dan kesehatan rakyatnya karna
faktanya pertumbuhan ekonomi juga tidak mensejahterakan rakyat. Maka diperlukan
kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang lebih mengarah pada pembangunan
berkelanjutan yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan sesuai
amanat konstitusi sehingga peningkatan pola perubahan unsafe action dan unsafe
action dari kaum borjuis dan proletarian ini bisa direduksi sehingga kemudian
dengan sendirinya kasus kasus kecelakaan kerja bisa berkurang di negara kita
tercinta ini.
Salam safety !!!
Safety is not just a selogan its a way of life
Safety is not just a selogan its a way of life
M.Rosidi
Tarigan
QHSE
Consultant at BSC Consulting